Anemia di Berbagai Tingkatan Generasi: Kenali, Sadari, Cegah


Makanan Bergizi

Indonesia sebagai negara berkembang masih memiliki ketertinggalan yang menjadikannya penghambat untuk maju. Salah satunya adalah masalah gizi. Padahal, keberhasilan pembangunan ditentukan oleh kualitas sumberdaya manusianya. Sumber daya manusia (SDM) yang dibutuhkan harus memiliki fisik dan mental yang kuat serta cerdas pikirannya. Status gizi yang baik diperlukan agar terciptanya SDM yang berkualitas sehingga Indonesia dapat menjadi negara yang berdaya saing.

Indonesia sendiri mengalami dua masalah gizi sekaligus, yaitu kekurangan gizi dan kelebihan gizi. Dua faktor penyebab utama dari masalah gizi ini adalah kesulitan ekonomi keluarga dan kurangnya pendidikan dalam pemahaman tentang asupan yang bergizi dan bersih. Di artikel ini, kita akan memberikan pemahaman mengenai salah satu masalah gizi yang dapat dialami semua umur, yaitu anemia.

Salah satu masalah gizi yang mengancam remaja Indonesia (bahkan dunia) adalah anemia. Anemia sendiri merupakan kondisi rendahnya kadar Hb (hemoglobin) yang ditunjukkan oleh kurangnya jumlah sel darah merah yang bersirkulasi. Anemia termasuk dalam masalah gizi mikronutrien yang sebagian besar diakibatkan oleh kekurangan zat besi (anemia defisiensi besi). Data dari Kemenkes 2018, sebanyak 12% remaja laki-laki dan 23% remaja perempuan mengalami anemia. Namun, anemia tidak hanya mengancam remaja saja, melainkan semua orang. Makanya, anemia disebut sebagai tantangan lintas generasi.


Sumber: Fitness Solutions Plus


Seberapa genting sih anemia itu?

Data dari WHO 2018, sebanyak lebih dari 1 juta wanita usia produktif mengalami anemia. Jumlahnya tidak berkurang sejak 2012. Pada tahun 2016, sebanyak 32% wanita yang sedang tidak hamil dan 40% wanita hamil dengan rentang usia 15-49 tahun terkena anemia. Dampaknya risiko kematian ibu melahirkan, bayi lahir prematur dan berat bayi lahir rendah (BBLR) meningkat. Padahal, anak adalah penerus bangsa, maka penting banget nih kita sadar akan isu ini untuk masa depan Indonesia yang lebih baik.

 

Sebenarnya apa sih indikatornya sampai bisa disebut anemia?

WHO bilang seseorang bisa dikatakan anemia jika kadar Hb di bawah 12 g/dL untuk wanita usia produktif yang tidak hamil dan 11 g/dL untuk wanita hamil. Untuk lebih lengkapnya bisa dilihat di tabel di bawah ya!

Sumber: Webinar Nutrisi Bangsa

Lalu, gimana sih kasus anemia yang ada di Indonesia?

Anemia di Indonesia

Tabel di bawah merupakan data Riskesdas Kemenkes tahun 2018. Bisa kita lihat angka ibu hamil yang mengalami anemia di Indonesia mencapai 48,9%. Ibu hamil di rentang usia 15-24 tahun, angka anemianya mencapai 84,6%. Dari laporan WHO tahun 2019 untuk negara Indonesia, pada tahun 2016, anemia di Indonesia mengalami kenaikan sebanyak 10% dari acuan sebelumnya di tahun 2012.




Sumber: WHO - Indonesia's Country Progress Report, 2019

Dengan angka yang sebesar itu masa sih kita belum sadar kalau isu ini tuh udah genting banget? Yuk kita baca dampak-dampak anemia kalau dialami ibu hamil berikut ini.

  • Meningkatkan risiko merugikan bagi ibu dan bayi
  • Menyebabkan kelehan dan kelesuan, serta mengganggu kapasitas fisik dan kinerja ibu
  • Merusak kesehatan dan kualitas hidup jutaan wanita, serta perkembangan dan pembelajaran anak-anak mereka
  • Penurunan kasus anemia dapat membantu mendorong kemajuan terhadap target nutrisi global lainnya seperti stunting, menyusui, kurang gizi, berat lahir rendah, dan obesitas pada anak-anak.

Sumber: Webinar Nutrisi Bangsa

Sekarang udah lebih paham kan? Selanjutnya, kita bahas gejala dan gimana sih cara mencegah anemia.

Sumber: Webinar Nutrisi Bangsa

Sumber: Webinar Nutrisi Bangsa


Untuk tahu cara mencegah anemia, kita perlu tahu dulu apa sih penyebab anemia itu. Di awal udah disebut kalau anemia disebabkan karena kurangnya zat besi. Nah, kenapa kita bisa kekurangan zat besi? Ada 3 hal yang perlu kita perhatikan, pertama asupan makanan, kedua sakit (infeksi ataupun penyakit kronis), dan ketiga penyebab lainnya.

Kita perlu memperhatikan asupan yang kita makan. Kekurangan zat besi bisa jadi terjadi jika makanan yang kita makan didominasi oleh pangan nabati sehingga asupan energi dan protein menjadi rendah dan terjadilah defisit energi, protein, dan mikronutrien. Selain itu, penyerapan zat besi juga harus menjadi perhatian. Jika kita banyak pangan nabati (kandungan zat besi non-heme), imbangi juga dengan mengonsumsi vitamin C untuk membantu penyerapan zat besinya. Hindari terlalu banyak mengonsumsi fitat (kacang-kacangan, beras merah, gandum), tanin (dari kopi dan teh), polifenol, kalsium, seng (zinc) karena dapat menghambat penyerapan zat besi non-heme.

Cara Pencegahan Anemia

Berikut adalah saran dari Dr. dr. Diana Sunardi, M.Gz., Sp.GK (Dokter Spesialis Gizi Klinik dari Indonesian Nutrition Association) di webinar Nutrisi Bangsa, Danone Indonesia x Indonesian Nutrition Association (INA): Peran Nutrisi dalam Tantangan Kesehatan Lintas Generasi

  1. Pastikan asupan makanan bergizi seimbang (tumpeng gizi seimbang dan isi piringku)
    Sumber: PMK No.41 Tahun 2014

  2. Fortifikasi makanan: tepung terigu/beras, biskuit, susu
  3. Patuhi program konsumsi tablet tambah darah (TTD)
Sumber: Webinar Nutrisi Bangsa

Sumber: Webinar Nutrisi Bangsa

Sumber: Webinar Nutrisi Bangsa

Sekian pembahasan anemia kali ini. Semoga artikel ini dapat menambah pengetahuan kita semua dan meningkatkan kesadaran kita mengenai masalah gizi di Indonesia, terkhususnya anemia. 

"Tiada manfaat ilmu jika tidak diamalkan."

Terima kasih.

Share:

Post a Comment

Copyright © Autograf. Designed by OddThemes